Tidaklah Alloh Azza wa
jalla mensyariatkan sesuatu kecuali di dalamnya tersimpan hikmah yang sangat
besar. Sebagian manusia ada yang mengetahuinya dan sebagian lagi tidak
memahaminya. Namun ketidaktahuan kita terhadap hikmah dari suatu ibadah
bukanlah penghalang untuk melaksanakan ibadah tersebut karena Alloh Ta’ala
memberikan ilmu yang sangat sedikit kepada manusia.
Dan tidaklah kamu
diberi pengetahuan melainkan sedikit (QS. Al Israa: 35). Puasa disyariatkan
dengan hikmah yang sangat agung, manfaat yang luas dan pengaruh yang sangat
berbarokah sehingga menduduki posisi ibadah fardhu dalam Islam. Diantara
hikmah-hikmah tersebut adalah:
- Puasa adalah barometer kejujuran iman seseorang, kesempurnaan ibadahnya, kemurnian cintanya kepada Alloh, besarnya harapannya kepada apa yang dijanjikan Alloh bagi orang-orang yang berbuat amal sholih baik berupa ampunan, rahmat dan surganya. Hal itu karena ia meninggalkan semua yang ia senangi dan sukai tatkala berpuasa demi mendahulukan keta’atan dan cintanya kepada Robbnya. Alloh Ta'ala berfirman:
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Ali Imraan: 31).
Dari
Anas t dari
Nabi r
bersabda:
« ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ
أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ
الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ
كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ »
Tiga orang yang merasakan manisnya iman jika ia berada di
atasnya: orang yang lebih mencintai Alloh dan RasulNya daripada selain
keduanya, orang yang mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali
karena Alloh dan orang yang benci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana ia
benci dilemparkan ke dalam api (HR. Bukhori 16, Muslim 43).
b.
Puasa akan membiasakan seseorang untuk selalu mengawasi dan mengontrol jiwanya
serta mengarahkannya kepada tujuan hidup sebenarnya yaitu meraih kebahagiaan di
dunia dan akhirat.
Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya merugilah orang
yang mengotorinya (QS. As Syams: 9-10).
Dan Adapun orang-orang
yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa
nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya (QS. An Naazi’at:
40-41).
Dari Abdulloh bin Umar
rodhiyallohu 'anhuma ia berkata: 'Rasululloh r
memegang pundakku seraya berkata:
« كُنْ فِى الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ
، أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ »
Jadilah di dunia seolah-olah engkau seorang yang asing atau penyeberang
jalan.
Ibnu 'Umar berkata:
إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ ،
وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ
، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
Jika engkau di waktu sore maka jangan menunggu pagi hari. Jika engkau di
pagi hari jangan menunggu waktu sore. Ambillah waktu sehatmu sebelum waktu
sakitmu dan hidupmu sebelum matimu (HR. Al Bukhori
6416).
c. Mendidik dan
membiasakan seseorang untuk bersabar melaksanakan keta’atan dan menjauhi
larangan Alloh Ta’ala walaupun berat bagi jiwa. Alloh Ta’ala berfirman:
Sesungguhnya hanya
orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas (QS.
Az Zumar: 10).
Rasululloh r
bersabda:
« وَاعْلَمْ أَنَّ فِي الصَّبْرِ
عَلَى مَا تَكْرَهُ خَيْرًا كَثِيْرًا »
Ketahuilah bahwasanya di dalam kesabaran atas sesuatu yang kamu
tidak senangi terdapat kebaikan yang sangat banyak (HR. Ahmad
1/304, Tirmidzi 2516 dan ia berkata: hadits hasan shohih ). Nabi r juga bersabda:
وَمَا أُعْطِىَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ
مِنَ الصَّبْرِ
Tidaklah seseorang diberikan dengan sesuatu pemberian yang lebih
baik dan lebih luas daripada kesabaran (HR. Bukhori
1469, Muslim 1053). Oleh karena itu seseorang yang sedang berpuasa tidak boleh
melayani cacian dan makian meskipun ia berhak untuk membalasnya sebagaimana
sabda Nabi r :
الصِّيَامُ جُنَّةٌ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ
، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى صَائِمٌ
Puasa adalah
perisai maka janganlah berkata kotor, berbuat jahiliyyah, jika seseorang
memerangimu atau memakimu maka
katakanlah: “Saya sedang puasa” (HR. Bukhori
1894).
d.
Puasa adalah sebab ketaqwaan. Alloh ta’ala berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS. Al Baqoroh:
183).
Salah seorang tabi’in, Tolq bin Habib mendefinisikan makna taqwa
yaitu:
اَلْعَمَلُ بِطَاعَةِ اللهِ، عَلَى نُوْرٍ مِنَ
اللهِ، رَجَاءَ ثَوَابِ اللهِ، وَتَرْكُ مَعَاصِي اللهِ، عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ،
مَخَافَةَ عَذَابِ اللهِ
Taqwa adalah melakukan amalan keta’atan kepada Alloh di atas
cahaya dari Alloh (berdasarkan dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah) dengan
mengharapkan pahala dari Alloh dan meninggalkan maksiat kepada Alloh di atas
cahaya dari Alloh karena takut siksaan Alloh.
Dengan berpuasa atas dasar ikhlas mengharapkan pahala dari Alloh
dan mengikuti cahaya ilmu yaitu dalil dalam Al Qur’an dan As Sunnah maka seseorang
telah menempuh jalan yang mengantarkannya menuju insan yang bertaqwa.
e. Diantara hikmah puasa yang lain, Puasa akan mengingatkan
seseorang dengan penderitaan orang-orang yang kelaparan, kaum fakir miskin dan
orang-orang yang lemah sehingga mendorongnya untuk selalu bersyukur dengan
nikmat Alloh yang begitu banyak diberikan kepadanya serta menumbuhkan solidaritas antar sesama.
Dari Anas t dari Nabi r bersabda:
« لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ
حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ »
Tidak sempurna iman salah seorang kalian sampai ia menyukai untuk
saudaranya apa yang ia sukai untuk dirinya (HR. Bukhori 13).
Melihat orang lain yang lebih susah dan menderita dibandingkan
dirinya merupakan sebab-sebab yang bisa melanggengkan
kebahagiaan. Dari Abu Hurairah t Rasululloh r bersabda:
« انْظُرُوا إِلَى
مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ
أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ »
Lihatlah kepada orang yang lebih rendah darimu dan
jangan melihat kepada orang yang di atasmu. Yang demikian itu lebih utama agar
kamu tidak meremehkan nikmat Alloh atas kalian (HR.
Muslim 2963).
f. Puasa dapat melunakkan, melembutkan dan menghidupkan hati untuk
tunduk kepada keta’atan karena penuhnya perut dan diturutinya syahwat merupakan
faktor terbesar matinya hati dan sombongnya terhadap kebenaran serta
berpalingnya dari beribadah kepada Alloh. Oleh karena itu Nabi r mengatakan:
« مَا مَلأَ آدَمِىٌّ وِعَاءً
شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلاَتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ
لاَ مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ »
Tidaklah anak adam memenuhi wadah yang lebih jelek dari memenuhi
perutnya, cukuplah bagi anak adam sedikit makan untuk menegakkan tulangnya jika
tidak bisa maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga
untuk bernafas (udara) (HR. Ahmad 4/132, Tirmidzi 2380, Al Hakim 4/121 dan ia
menshohihkannya dan disepakati oleh Adz Dzahabi). Nabi r dan para
sahabatnya adalah orang-orang yang terbiasa hidup dalam keadaan lapar walaupun
mereka mampu untuk hidup berkecukupan karena dengan itulah mereka menjadi
teladan ummat, sebaik-baik generasi Islam. ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anha berkata:
مَا شَبِعَ آلُ مُحَمَّدٍ - صلى الله عليه وسلم
- مُنْذُ قَدِمَ الْمَدِينَةَ مِنْ طَعَامِ الْبُرِّ ثَلاَثَ لَيَالٍ تِبَاعًا ، حَتَّى
قُبِضَ
Tidaklah keluarga Muhammad r
kenyang sejak datang ke Madinah dari makan gandum tiga malam
berturut-turut sampai beliau r diwafatkan
(HR.
Bukhori 5416).
g. Sesungguhnya segala sesuatu mempunyai hak untuk beristirahat
dalam menjalani proses kehidupan ini. Demikian pula sistem pencernaan yang ada
dalam tubuh manusia pada keadaan tertentu akan mengalami kejenuhan jika
terus-menerus digunakan. Dengan berpuasa akan mengistirahatkan sistem kerja di
dalam perut dan mengembalikannya ke dalam kondisi yang terbaik untuk bekerja
kembali sehingga tercapailah keseimbangan dan keteraturan hidup berdasarkan
keumuman sabda Nabi r :
فَأَعْطِ كُلَّ ذِى حَقٍّ حَقَّهُ
Berikanlah setiap yang mempunyai hak itu haknya (HR. Bukhori
1967).
h. Sesungguhnya manusia diciptakan dalam kondisi lemah dan cepat
mengalami kebosanan jika melaksanakan satu macam ibadah saja sehingga syari’at
yang mulia ini memberikan beberapa variasi ibadah seperti ibadah badan semisal
sholat, ibadah harta dengan bershodaqoh, zakat, ibadah badan sekaligus harta
seperti jihad dan haji dan ibadahnya jiwa dari menuruti syahwatnya yaitu puasa
untuk membersihkan jiwa-jiwa manusia. Alloh Ta’ala berfirman:
Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa
mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir (QS. Ali Imraan:
141).
Ibadah puasa dilakukan hanya sebulan dalam setahun dengan hikmah
yang sangat dalam yaitu menguatkan semangat beribadah dan menghindari rasa
futur. Dari Abu Hurairah t dari Nabi r bersabda:
« إِنَّ الدِّينَ
يُسْرٌ ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا
وَأَبْشِرُوا ، وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَىْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ
»
Sesungguhnya
agama itu mudah dan tidak ada seseorang
yang membuatnya berat kecuali agama akan mengalahkannya maka luruslah, bersahajalah,
sampaikanlah kabar gembira dan minta tolonglah (untuk melakukan keta'atan
tatkala bersemangat) di waktu pagi, sore dan malam hari (HR. Al Bukhori 39,5673).
i.
Ibadah puasa merupakan pelipur lara bagi kaum muslimin karena besarnya
keutamaan yang akan diperoleh bagi mereka yang mengerjakannya.
وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ
وَذَلِكَ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ
Sesungguhnya
Alloh memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka dan itu pada setiap
malam (HR.
Ibnu Majah 1643 dengan derajat yang shohih dan dikeluarkan pula secara lengkap
oleh Al Bazzar 3142 dan Ahmad II/254).
Dari
Hudzaifah bin Yaman t bahwasanya Nabi r
bersabda:
فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِى أَهْلِهِ وَوَلَدِهِ
وَجَارِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلاَةُ وَالصِّيَامُ وَالصَّدَقَةُ وَالأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ
وَالنَّهْىُ عَنِ الْمُنْكَر
Pelanggaran yang dilakukan seorang laki-laki di dalam
keluarganya, anaknya dan tetangganya dapat ditebus dengan sholat, puasa,
shodaqoh dan amar ma'ruf nahi mungkar (HR. Al Bukhori II/7 dan Muslim
144). Wallohul Musta'an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar