Kikir
dengan Waktu
Seorang musafir berjalan mengarungi padang pasir yang menghijau di
sekitarnya. Nampaknya ia sangat kelelahan karena harus menempuh perjalanan
panjang. Sedangkan waktu yang sangat pendek menuntutnya untuk cepat sampai
tujuan. Sehingga ia pun tidak terlalu menikmati daerah sekelilingnya yang
mempesona…Itulah ibarat seorang mukmin di zaman
ini. Perputaran waktu yang sangat cepat di tengah gemerlapnya dunia yang begitu memikat,
menuntutnya untuk memanfaatkan waktu yang sangat singkat karena dunia memang
bukan tempat istirahat. Alloh Ta’ala berfirman tentang hikmah semua ini:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ
أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا
Dialah Alloh yang menjadikan malam dan siang silih
berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau bersyukur (QS. Al Furqon: 62).
Nabi r bersabda mengingatkan umatnya:
بَادِرُوا
بِالأَعْمَالِ خِصَالاً سِتًّا: إِمَارَةَ السُّفَهَاءِ وَكَثْرَةَ الشُّرَطِ وَقَطِيعَةَ
الرَّحِمِ وَبَيْعَ الْحُكْمِ وَاسْتِخْفَافاً بِالدَّمِ وَنَشْئاً يَتَّخِذُونَ الْقُرْآنَ
مَزَامِيرَ يُقَدِّمُونَ الرَّجُلَ لَيْسَ بِأَفْقَهِهِمْ وَلاَ أَعْلَمِهِمْ
مَا يُقَدِّمُونَهُ إِلاَّ لِيُغَنِّيَهُمْ
Bersegeralah melakukan amal sholih sebelum
terjadi enam perkara: Kepemimpinan orang-orang bodoh, banyaknya polisi, pemutusan
silaturrahmi, jual beli hukum, penumpahan darah, dan generasi yang menjadikan
Al Qur’an sebagai seruling (nyanyian) mereka mempersilahkan seseorang menjadi
imam yang bukan orang paling faqih dan paling ‘alim diantara mereka tidaklah
mereka mengedepankannya kecuali untuk bernyanyi buat mereka (HR. Ahmad 3/494 dan dishohihkan oleh
Syaikh Albani dalam Silisilah As Shohihah no. 979).
" يكونن في هذه الأمة
خسف و قذف و مسخ ، و ذلك إذا شربوا الخمور و اتخذوا القينات
و ضربوا بالمعازف " سلسلة الصحيحة :2203
Terlebih tanda-tanda hari kiamat kecil
sudah hampir nampak semuanya maka hendaknya seorang muslim berusaha mengatur
waktu sebaik-baiknya agar hidupnya yang singkat ini dapat diisi dengan ibadah
yang maksimal. Beberapa hal yang dapat ditempuh diantaranya:
1. Mengoptimalkan penggunaan waktu dengan sebaik-baiknya dan menghindarkan
diri dari menghabiskan waktu dengan sesuatu yang tidak bermanfaat karena waktu
adalah modal utama seorang muslim. Tatkala seseorang membuang waktunya percuma
maka ia jatuh dalam beberapa kerugian:
a. Habisnya umur tanpa faedah yang berarti. Inilah diisyaratkan oleh Nabi r :
نِعْمَتَانِ
مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
Ada dua nikmat yang manusia banyak
dilalaikan di dalamnya yaitu kesehatan dan waktu kosong (HR. Al Bukhori 6049).
b. Mendapatkan kehinaan di dunia
Yang demikian itu karena manusia jika tidak
disibukkan dengan kebaikan maka ia akan mengerjakan kebalikannya yaitu
kejelekan dan kesia-siaan dan itu merupakan kehinaannya di hadapan makhluk dan
di sisi Alloh. Alloh ta’ala berfirman:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا
Barangsiapa yang berpaling dari peringatanKu maka
baginya penghidupan yang sempit (QS. Thoha: 124)
c. Membuat hati menjadi keras
Membuang waktu akan menjadikan seseorang
lalai dari introspeksi diri atau membersihkan jiwanya sehingga jiwanya menjadi
kering dan mati. Alloh Ta’ala berfirman:
فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ
Maka berlalulah atas mereka waktu yang lama maka
hati-hati mereka menjadi keras (QS. Al Hadid: 16).
d. Penyesalan yang mendalam di hari kiamat.
Bagaimana tidak menyesal, ia akan menjumpai
Robbnya dengan sesuatu yang tidak diridhoiNya sedangkan tidak ada lagi kesempatan
untuk kembali ke dunia. Alloh Ta’ala berfirman:
أَنْ
تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَا عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّهِ
Supaya jangan ada yang mengatakan ;’Amat besar penyesalanku atas
kelalaian dalam (menunaikan kewajibanku) terhadap Alloh
(QS. Az Zumar: 56).
2.
Melakukan
persiapan sedini mungkin untuk mempertanggungjawabkan umurnya di dunia nanti di
hadapan Alloh Ta’ala. Rasululloh r bersabda:
لاَ
تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا
أَفْنَاهُ…
Tidak
akan bergeser kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ditanya tentang
umurnya dalam hal apa ia habiskan… (HR. At
Tirmidzi 2417 dan ia berkata :hadits hasan shohih).
3.
Bercermin
dengan para salafus sholih dalam usahanya memanfaatkan waktu.
-
Adalah Abu Bakr
Al Anbari dikala sakit akan meninggal dunia, datanglah dokter memeriksa air
seninya dan ia berkata :’Engkau telah melakukan sesuatu yang tidak pernah
dilakukan orang lain’. Kemudian Al Anbari ditanya:’ Apa yang engkau pernah
kerjakan?’ Maka ia menjawab: ‘Aku mengulangi (menelaah) setiap minggu
sepuluh ribu kertas (Al Waqtu, Ammar au dammar, Jasim Al Muthawwa’ 1/45).
-
Istri Al Hafidz Az Zuhri mengeluhkan suaminya
yang sangat gandrung dengan kitab-kitab dan lamanya ia menelaah kitab tersebut
sampai istrinya itu berkata: ‘Demi Alloh, sesungguhnya kitab-kitab ini lebih
berat bagiku daripada tiga orang madu’ (Syudzurutudz Dzahab, Ibnul ‘Imad
1/63).
-
Al Khatib Al Baghdadi menceritakan tentang
Ibnu Jarir At Thobari (wafat 310 H) bahwasanya ia menulis kitab sebanyak 40
lembar setiap hari (Wafayaatul A’yan 4/131).
-
Al Mundziri
menceritakan tentang Ishaq bin Ibrohim :’Aku tidak pernah melihat dan mendengar
ada seseorang yang lebih bersungguh-sungguh dalam kesibukan daripadanya. Ia
terus sibuk siang dan malam. Aku pernah menjadi tetangganya di Kairo selama 12
tahun. Tidaklah aku bangun di malam hari kecuali selalu kulihat nyala lampu
rumahnya. Ia sibuk dengan ilmu sampai-sampai ketika makan kitab-kitabnya berada
di tangannya’ (Al Waqtu ‘Ammar au dammar
1/51-52).
-
Abu Utsman,
salah seorang guru Imam Al Bukhori berkata:’Tidaklah ada seseorang yang
memintaku dengan suatu keperluan kecuali aku kerjakan sendiri. Jika tidak mampu
aku menggunakan hartaku. Jika tidak mampu aku meminta bantuan saudara yang lain
dan jika tetap tidak bisa aku meminta bantuan penguasa' (Al Waqtu 1/32).
Dan masih banyak kisah lainnya yang membuat kita seperti berada di
dasar sumur sedangkan mereka di atas gunung tinggi menjulang tidak terukur.
4.
Menghilangkan
panjang angan-angan atau menunda-nunda amalan yang bisa dikerjakan hari ini. Dari Abdulloh bin ‘Amr rodhiyallohu
‘anhuma Rasululloh r bersabda:
صَلاَحُ أَوَّلِ هَذِهِ الأُمَّةِ بِالزُّهْدِ ، وَالْيَقِيْنِ
، وَيُهْلِكُ آخِرُهَا بِالْبُخْلِ وَالأَمَلِ
Baiknya generasi pertama ummat ini adalah dengan
zuhud dan yakin dan yang menghancurkan akhir dari ummat ini adalah kikir dan
panjang angan-angan (HR. Ahmad dalam Az Zuhd hal. 16 dan dihasan oleh Syaikh Albani
dalam As Shohihah 3427). ‘Ali bin Abi Tholib t berkata:
ارْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً ، وَارْتَحَلَتِ الآخِرَةُ
مُقْبِلَةً ، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الآخِرَةِ
، وَلاَ تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا ، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ حِسَابَ
، وَغَدًا حِسَابٌ وَلاَ عَمَلَ
Dunia beranjak pergi dan akhirat kian mendekat. Diantara keduanya ada
pengikut maka jadilah pengikut akhirat dan jangan menjadi pengikut dunia. Hari
ini adalah amal tidak ada hisab sedangkan besok yang ada hanya hisab tidak ada
amal (Dikeluarkan oleh Al Bukhori 11/239 secara
mu’allaq). Berkata Ibnul Qoyyim rohimahulloh: ‘Tahun itu ibarat pohon,
bulan-bulan adalah cabangnya, hari-hari adalah rantingnya, jam adalah adalah
daunnya dan nafas adalah buahnya. Jika nafasnya dalam ketaatan maka buah pohon
tersebut bagus dan barangsiapa nafasnya dalam kemaksiatan maka buahnya pahit.
Panen itu adalah pada hari yang dijanjikan (akhirat) maka akan jelaslah di sana
mana buah yang manis dan yang pahit’. (Ar Rosail An Nafi’ah, Abdul hadi ibnu
Hasan Wahbi hal.266).
5. Mengukur
kemampuan diri sendiri.
Janganlah
seseorang terjun ke dalam sesuatu yang bukan bidang dan keahliannya atau
melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak pantas buat dirinya karena akan
berakibat kerusakan dan membuang waktu percuma. Termasuk kebagusan Islam
seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya. Ketika
sampai kabar kepada ‘Umar bin Abdul ‘Aziz t bahwa
anaknya membeli cincin seharga 1000 dirham maka Umar menulis surat
kepadanya:’Jika sampai kepadamu tulisan ini maka juallah cincin itu dan kenyangkanlah
1000 perut dan buatlah cincin dari dua dirham dan buatlah mata cincinnya dari
besi cina dan tulislah diatasnya:
رَحِمَ اللَّهُ امْرَأً عَرَفَ قَدْرَ نَفْسِهِ
Semoga Alloh merahmati seseorang yang tahu
diri (Ar Risalah Al Qusyairiyyah, Al Qusyairy
1/70). Al Hafidz Abu Nu’aim meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu ‘Ali Al
Warroq bahwasanya ia berkata:’Barangsiapa yang tidak mengetahui kemampuan
dirinya maka ia akan mendzholimi dirinya dan orang lain. Celakanya manusia
disebabkan oleh sedikitnya pengetahuan tentang dirinya sendiri’ (Hilyatul
Aulia’ 10/360 no.645).
5.
Bermusyawarah
dan bertanya jika menemukan permasalahan yang tidak bisa dipecahkan sendiri. Yang
demikian itu dapat mengefisienkan waktu dan sebagai perwujudan firman Alloh
Ta’ala:
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْر ِ
إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُون
6.
Melakukan
perencanaan sebelum memulai suatu kegiatan.
7.
Berupaya meraih
husnul khotimah dengan kikir terhadap waktu. Dari Sahl bin Sa’d t dari
Nabi r bersabda:
وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِخَوَاتِيمِهَا
Sesungguhnya
amalan itu tergantung dari akhirnya (HR. al
Bukhori 6493,6607).
Karena
seorang muslim tidak tahu kapan ia meninggal maka hendaknya ia berusaha supaya
akhir amalannya di atas keta’atan. Nabi r juga
bersabda:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ كَالْوِعَاءِ إِذَا طَابَ أَسْفَلُهُ طَابَ
أَعْلاَهُ وَإِذَا فَسَدَ أَسْفَلُهُ فَسَدَ أَعْلاَه
Sesungguhnya
amalan itu seperti wadah, jika baik dasarnya maka baik pula bagian atasnya dan
jika bagian bawahnya rusak maka rusak pula atasnya
(HR. Ibnu Majah 4199 dan dishohihkan
oleh Syaikh Albani dalam Shohih Ibni Majah 3385). Umur tergantung
penutupnya dan amal tergantung bagian akhir (ujungnya). Allohummar zuqna
khusnal khotimah. Wallohul Muwaffiq.